Ibadah haji merupakan ibadah yang didalamnya terdapat banyak rangkaian ibadah dan memerlukan persiapan baik fisik maupun mental. Salah satu bentuk persiapan yang kurang diperhatikan di masyarakat adalah persiapan mental terkait etika dan adab dalam melaksanakan perjalanan haji.
Pentingnya persiapan etika dan adab menuju tanah haram sebagaimana dalam sebuah kata mutiara disebutkan “Man laisa adab kad dubab. Artinya Orang yang tidak punya adab seperti lalat. Datang pergi tidak permisi. Tidak punya sopan santun kata orang Sunda “Datang kudu katingali tarang, balik kudu katingali punduk”
Mengutip etika dan adab dalam perjalanan ibadah haji dalam Kitab Ihya Ulumaddin karya Imam Ghazali, ada beberapa etika dan adab yang perlu dilakukan oleh orang yang berangkat haji yaitu.
- Sebelum berangkat haji hendaknya kita bertaubat memohon ampunan dari Allah SWT. Menyesali perbuatan maksiat yang pernah kita lakukan dan berjanji untuk tidak mengulangi kembali. caranya yaitu dengan memperbanyak istighfar.
- Membersihkan hutang ataupun janji yang diberikan kepada orang lain. Karena pintu surga ditutup bagi orang yang masih memiliki hutang dan belum dibayar. Oleh karena itu mari jaga diri jangan sampai kita pergi haji ataupun dipanggil Allah masih dalam kondisi memiliki hutang.
- Saat berangkat haji penting untuk menyerahkan segala titipan yang merupakan hak milik orang lain. Hal ini ditujukan untuk meningkatkan kekhusyuan selama beribadah haji. Kita harus mempersiapkan juga bekal, baik bekal untuk berangkat ke tanah suci maupun bekal keluarga yang ditinggal di tanah air, kita tidak perlu khawatir harta habis setelah pergi haji malah sebaliknya harus yakin bahwa Allah SWT yang akan menggantinya dengan jumlah yang lebih banyak.
- Pamit bepergian dengan saudara dan masyarakat sekitar dengan saling meminta maaf. Kegiatan walimatus safar yang sudah menjadi budaya masyarakat di Indonesia, itu hal positif karena itulah bentuk persiapan mental dengan meminta maaf kepada orang terdekat. Karena kita mempunyai keterbatasan tenaga dan waktu tidak bisa mengunjungi satu-persatu sehingga dengan walimatus safar masyarakat bisa bersama-sama memberikan doa dan saling memaafkan demi diterimanya ibadah haji. Doa bersama lebih maqbul (diterima) daripada doa sendiri.
- Para calon jamaah haji untuk khusus meminta doa kepada orang tua dan para orang shaleh sebagai bekal spiritual dalam melaksanakan rangkaian ibadah di tanah suci. Mudah-mudahan jamaah yang melakukan persiapan mental dengan baik akan dapat meraih haji yang mabrur dan mabrurah yang salah satunya terlihat nanti setelah kembali ke tanah air, akan memiliki sikap yang lebih baik dan ibadah pun lebih meningkat.
Disarikan dari NU Online