
Penyakit hati dari kata TENGIl yang ke-6 adalah hurup L yang diartikan “Licik” dalam bahasa arab disebut (الخديعة), definisi licik adalah:
الخديعة هي إظهار الخير وإبطان الشر، أو القيام بأعمال تضر بالآخرين بطرق غير ظاهرة أو ملتوية.
“Licik adalah menunjukkan kebaikan namun menyembunyikan keburukan, atau melakukan tindakan yang merugikan orang lain dengan cara yang tidak tampak atau berkelok-kelok”.
Dilihat dari definisi sifat licik di atas adanya perbedaan antara dhohir dan batin, dhohirnya menunjukan kebaikan tapi batinnya tidak demikian, “lain dilisan, lain dihati” licik ini menunjukan sifat munafik. Dalam Al Qur’an disebutkan orang-orang munafik yang licik mencoba menipu Allah dan orang-orang beriman, sebenarnya mereka hanya menipu diri mereka sendiri. Sebagimana firman Allah
يُخَادِعُونَ اللَّهَ وَالَّذِينَ آمَنُوا وَمَا يَخْدَعُونَ إِلَّا أَنْفُسَهُمْ وَمَا يَشْعُرُونَ
“Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka hanya menipu diri mereka sendiri, sedang mereka tidak sadar.” (Surat Al-Baqarah: 9)
Sifat licik atau menipu (الغش) merupakan tindakan yang tercela dan tidak sesuai dengan akhlak Islam, bahkan orang yang melakukannya diancam tidak menjadi umat Nabi Muhammad Saw. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad Saw.
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عُمَرَ، قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: “مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا”.
“Dari Abdullah bin Umar, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Barang siapa yang menipu kami, maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim)
Ibadah haji sangat berperan dalam mengikis sifat licik dan munafik, karena ia menuntut keikhlasan, kejujuran, kesabaran, dan kebersamaan. Haji menanamkan nilai-nilai kebenaran dan ketakwaan, yang merupakan lawan dari sifat licik dan munafik, serta mengajarkan pentingnya kebersihan hati dalam beribadah kepada Allah dan berinteraksi dengan sesama manusia.