Bersihkan Hati Dari Iri Insya Allah Surga Menanti; Jadilah Seperti Abu Domdom Yang Selalu Memaafkan

Penyakit hati dari kata TENGIL yang ke-5 adalah hurup “I” yang diartikan “Iri” dalam bahasa arab disebut (الحسد), Definisi Iri (Hasad) menurut Imam Al-Ghazali sebagai berikut:

الحسد هو تمني زوال النعمة عن الغير وإن لم يصر إلى الحاسد مثلها.

“Iri (hasad) adalah keinginan agar nikmat yang dimiliki oleh orang lain hilang, meskipun nikmat tersebut tidak berpindah kepada orang yang iri.”

Rumus untuk mengetahui sifat tercela ini adalah “SMS” (Senang Melihat orang lain Susah – Susah Melihat orang lain Senang). Ada hadis panjang yang bisa kita ambil pelajaran bahwa orang yang tidak ada dalam dirinya sifat iri maka akan masuk surga, ayo simak hadisnya sebagai berikut:

Artinya: Dari Anas bin Malik Radhiyallahu ‘anhu berkata: Kami sedang duduk bersama Rasulullah ﷺ, lalu beliau bersabda, “Sebentar lagi akan muncul di hadapan kalian seorang laki-laki dari ahli surga.”

Kemudian muncullah seorang laki-laki dari kalangan Anshar dengan jenggot yang masih meneteskan air wudhu dan kedua sandalnya dipegang di tangan kirinya.

Baca Juga:  Hadis-Hadis Keutamaan Haji dan Umrah

Keesokan harinya Nabi ﷺ mengatakan hal yang sama, dan orang itu kembali muncul dalam keadaan yang sama.

Pada hari ketiga, Nabi ﷺ juga mengatakan hal yang sama, dan laki-laki itu muncul lagi dalam keadaan yang sama.

Setelah Nabi ﷺ pergi, Abdullah bin Amr mengikuti laki-laki tersebut dan berkata, “Aku berselisih dengan ayahku dan aku bersumpah tidak akan masuk rumah selama tiga hari. Jika engkau melihat, izinkan aku tinggal bersamamu sampai sumpah itu habis.” Laki-laki itu berkata, “Baiklah.”

Abdullah bin Amr menginap selama tiga malam bersamanya, namun tidak melihatnya melakukan shalat malam kecuali ketika ia terbangun, ia mengingat Allah.

Setelah tiga hari berlalu, Abdullah bin Amr berkata kepadanya, “Aku tidak bertengkar dengan ayahku, tetapi aku mendengar Rasulullah ﷺ berkata tiga kali bahwa engkau adalah ahli surga, dan aku ingin mengetahui amalan apa yang membuatmu sampai pada derajat tersebut.

Baca Juga:  Perbedaan Haji dan Umrah

Namun aku tidak melihatmu melakukan banyak amalan. Lalu apa yang membuatmu mendapatkan itu?” Laki-laki itu menjawab, “Amalanku tidak lebih dari apa yang engkau lihat, kecuali bahwa “aku tidak menyimpan kebencian dan tidak iri kepada siapapun atas kebaikan yang diberikan Allah kepadanya.” Abdullah bin Amr berkata, “Inilah amalan yang membuatmu mencapai derajat tersebut, dan inilah yang sulit bagi kami.”

(Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnad-nya)

Ada lagi sosok yang disebutkan dalam salah satu hadis Nabi Muhammad SAW terkait dengan amalan yang sederhana namun bernilai besar yaitu Abu Domdom, beliau umat terdahulu yang dikabarkan Nabi Muhammad dan beliau memiliki amalan hati yang sangat mulia, yaitu tidak pernah menyimpan dendam terhadap orang lain”, dan selalu memaafkan kesalahan mereka setiap harinya.

Baca Juga:  Perbedaan dipanggil oleh Allah ke Rahmatullah dan dipanggil Allah ke Baitullah.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, Nabi Muhammad SAW bersabda:

النبي صلّى الله عليه وسلم قال: “هل تدرون ما أبو دُهمُوم؟” قالوا: الله ورسوله أعلم، قال: “رجل من قبلكم، كان إذا أصبح قال: اللهم إني قد تصدقتُ بعِرضي على الناس.”

Artinya: Rasulullah SAW bersabda: “Tahukah kalian siapa Abu Domdom?” Para sahabat menjawab: “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Lalu Rasulullah berkata: “Dia adalah seorang lelaki dari umat terdahulu, yang setiap pagi berkata: ‘Ya Allah, aku telah menyedekahkan kehormatanku untuk orang-orang (yakni, aku memaafkan setiap orang yang mencaciku atau menyakitiku).”

Kita menyadari bahwa amalan ibadah sedikit, masih ada malas-malasan dalam beribadah, semoga dengan membersihan hati dari sifat “iri” seperti sahabat dari kaum Anshar yang dikatakan oleh Rasulullah sebagai ahli surga padahal amalannya biasa-biasa, dan dapat memaafkan orang lain yang mencaci maki dan menyakiti kita seperti Abu Domdom.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *