
Ka’bah merupakan bangunan pertama dimuka bumi ini, sudah ada semenjak zaman Nabi Adam As, pelaksanaan thawaf juga sudah dilakukan dari mulai Ka’bah ada. Pada masa Rasulullah sampai sekarang Ka’bah menjadi kiblat shalat umat Islam, karena sebelumnya umat Islam pernah menghadap ke Masjidil Aqsa sebagai arah kiblatnya.
Daya magnet Ka’bah sangat luar biasa, sehingga bisa menarik ribuan sampai jutaan orang untuk berkunjung ke Baitullah ini, semenjak dulu dari generasi ke generasi ada khusus pengelola Ka’bah untuk melayani para pengunjung Ka’bah, di bawah ini akan dipaparkan pengelolaan Ka’bah dari masa Rasulullah sampai sekarang.
- Pengelolaan Ka’bah pada Masa Nabi Muhammad Saw (610-632 M)
Rasulullah Saw menghapuskan praktik penyembahan berhala di Ka’bah seperti yang dilakukan pada masa jahiliyah, hal ini dilakukan setelah penaklukan kota Mekah sehingga berhala-berhala yang berada di Ka’bah berjumlah 360 semua dihancurkan. Seperti yang dikabarkan oleh Ibnu Hisyam
وَلَمَّا فَتَحَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَكَّةَ، طَهَّرَ الكَعْبَةَ مِنَ الأَصْنَامِ، وَقَالَ: «إِنَّمَا أُمِرْتُ بِتَعْظِيمِ البَيْتِ الحَرَامِ وَتَطْهِيرِهِ».
Artinya: “Ketika Rasulullah Saw, membuka kota Makkah, beliau membersihkan Ka’bah dari berhala-berhala dan bersabda: ‘Aku diperintahkan untuk memuliakan Baitullah dan mensucikannya.'” (Sirah Ibnu Hisyam)
Rasulullah mengembalikan pelaksanaan thawaf di Ka’bah seperti yang dilakukan Nabi Ibrahim As, Rasulullah Saw menunjuk Bani Syaibah untuk menjaga kunci Ka’bah, sebagaimana tradisi sebelumnya.
- Pengelolaan Ka’bah pada Masa Khulafaur Rasyidin (632-661 M)
Dalam Tarikh At-Thabari diinformasikan bahwa pada masa Khulafaur Rasyidin Ka’bah tetap berfungsi sebagai pusat peribadahan umat Islam, sehubungan jumlah umat Islam semakin banyak maka pada masa khalifah Umar Bin Khotob masjidil haram diperluas sesuai kebutuhan.
وَفِي زَمَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، ظَلَّ بَيْتُ اللَّهِ الحَرَامُ مَحَلًّا لِلصَّلَاةِ وَالحَجِّ، وَقَامَ الخُلَفَاءُ بِتَوْسِعَةِ المَسْجِدِ الحَرَامِ حَسْبَ ضَرُورَةِ الوَقْتِ.
Artinya: “Pada masa Khulafaur Rasyidin, Baitullah tetap menjadi tempat salat dan haji. Para khalifah melakukan perluasan Masjidil Haram sesuai kebutuhan pada masanya.”
Setelah Ali Bin Abi Thalib meninggal umat Islam memilih Hasan Bin Ali cucu Rasulullah Saw sebagai khalifah, tapi Muawiyah Bin Abi Sofyan terus mendesak agar beliau dijadikan pemimpin oleh umat Islam. Melihat situasi dan kondisi umat Islam yang hampir terjadi perselisihan akhirnya Hasan Bin Ali menyerahkan kekuasaan kepada Muawiyah Bin Abi Sofyan dari Bani Umayah. Pada masa umayah ini, Sistem pemeritahan dari kekhalifahan berganti menjadi mulkiyah atau sistem dinasti ditandai dengan mengangkat Yazid menjadi putra mahkota.
Pada saat Muawiyah meninggal ada kekosonga kekuasaan di Makkah, maka Abdullah bin Zubair salah satu sahabat Nabi mendeklarasi diri dan didukung oleh umat Islam yang ada di Makkah, saat yang sama di Damaskus Yazid bin Muawiyah sebagai putra mahkota mendapat jabatan khalifah karena wafatnya Muawiyah, sehubungan wilayah Makkah dikuasai Abdullah Bin Zubair tidak mau tunduk kepada Yazid Bin Muawiyah maka Yazid menyerang kota Mekkah dengan Manjanik (alat pelontar batu) secara membabi buta sehingga Ka’bah hancur termasuk Hajar Aswad juga pecah berkeping-keping. Akhirnya pada tahun 73 Hijriyah Abdullah Bin Zubair merenovasi Ka’bah.
فِي سَنَةِ ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ هَدَمَ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ الزُّبَيْرِ الْكَعْبَةَ، وَبَنَاهَا عَلَى الْقَوَاعِدِ الَّتِي وَضَعَهَا إِبْرَاهِيمُ عَلَيْهِ السَّلَامُ، وَزَادَ فِيهَا مَسَاحَةَ الْحِجْرِ، وَرَفَعَ بَابَهَا وَجَعَلَ لَهَا بَابَيْنِ.
Artinya: “Pada tahun 73 Hijriyah, Abdullah bin Zubair meruntuhkan Ka’bah dan membangunnya kembali sesuai dengan fondasi yang diletakkan oleh Nabi Ibrahim As. Ia menambahkan bagian Hijir Ismail ke dalam Ka’bah, meninggikan pintunya, dan membuat dua pintu untuk Ka’bah.”
- Pengelolaan Ka’bah pada Masa Dinasti Umayyah (661-750 M)
Pada pemerintahan dinasti Umayah, Abdul Malik Bin Marwan memerintahkan kepada Hajaj Bin Yusuf untuk meruntuhkan tambahan yang dibuat oleh Abdullah Bin Zubair dan mengembalikan Ka’bah ke bentuk semula seperti pada masa Quraisy. Hal ini diinformasikan oleh Imam At Thabari dalam Tarikh At Thabari
ثُمَّ أَمَرَ عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ مَرْوَانَ بِإِعَادَةِ الْكَعْبَةِ إِلَى مَا كَانَتْ عَلَيْهِ فِي زَمَنِ قُرَيْشٍ، فَأَمَرَ الْحَجَّاجَ بْنَ يُوسُفَ بِهَدْمِ الزِّيَادَةِ الَّتِي زَادَهَا ابْنُ الزُّبَيْرِ وَرَفَعَ الْحَجَرَ الْأَسْوَدَ إِلَى مَكَانِهِ الْأَوَّلِ.
Artinya: “Kemudian Abdul Malik bin Marwan memerintahkan agar Ka’bah dikembalikan ke bentuk seperti pada zaman Quraisy. Ia memerintahkan Al-Hajjaj bin Yusuf untuk meruntuhkan tambahan yang dilakukan oleh Ibnu Zubair dan mengembalikan Hajar Aswad ke tempatnya semula.”
- Pengelolaan Ka’bah pada Masa Dinasti Abbasiyah (750-1258 M)
Pada masa pemerintahan dinasti Abbasiyah walaupun pusat pemerintahan jauh dari kota Mekkah tapi perhatian terhadap kiblat umat Islam ini sangat besar, pada saat itu Ka’bah dipercantik dan diperkuat sehingga semakin indah dan kokoh.
وَفِي زَمَنِ الخِلَافَةِ العَبَّاسِيَّةِ تَمَّ تَجْمِيلُ الكَعْبَةِ وَبِنَاؤُهَا بِمَوَادَّ أَقْوَى.
Artinya:
“Pada masa Kekhalifahan Abbasiyah, Ka’bah dipercantik dan dibangun dengan material yang lebih kuat.” (Ibnu Katsir, Al Bidayah wa Nihayah)
- Pengelolaan Ka’bah pada Masa Utsmaniyah (Ottoman) 1299-1918 M
Pada tahun 1629 M terjadi banjir Bandang besar melanda Kota Makkah dan masuk ke Masjidil Haram yang menyebabkan sebagian dinding Ka’bah runtuh, Sultan Murad IV dari Dinasti Utsmaniah (Ottoman) Turki memerintahkan untuk merenovasi Ka’bah dengan bahan bangunan yang terbuat dari marmer.
وَفِي زَمَنِ الدَّوْلَةِ العُثْمَانِيَّةِ، قَامَ السَّلَاطِينُ بِالعِنَايَةِ بِالكَعْبَةِ وَالمَسْجِدِ الحَرَامِ، وَقَامَ السُّلْطَانُ مُرَادُ الرَّابِعُ بِتَرْمِيمِ جُدْرَانِهَا بَعْدَ سَيْلٍ عَظِيمٍ.
Artinya: “Pada masa Dinasti Ottoman, para sultan merawat Ka’bah dan Masjidil Haram. Sultan Murad IV merenovasi dinding Ka’bah setelah banjir besar.” ( Tarikh Makkah oleh Al-Azraqi)
- Pengelolaan Ka’bah pada Masa Arab Saudi (1918- sd sekarang)
Pada pemerintahan kerajaan Saudi Arabia dilakukan renovasi dan perluasan Masjidil Haram karena semakin banyaknya jamaah baik yang melakukan haji maupun umrah, Renovasi terakhir pada Ka’bah dilakukan pada tahun 1996 M, termasuk perbaikan struktur dan penggantian atap. Termasuk tempat sa’i-pun dibuat beberapa lantai.
وَفِي زَمَنِ المَمْلَكَةِ العَرَبِيَّةِ السُّعُودِيَّةِ، جَرَتْ أَكْبَرُ عَمَلِيَّاتِ تَوْسِعَةٍ لِلْمَسْجِدِ الحَرَامِ وَتَرْمِيمِ الكَعْبَةِ، وَتَحْسِينِ مَكَانِ الطَّوَافِ وَالسَّعْيِ.
Artinya: “Pada masa Kerajaan Arab Saudi, dilakukan operasi perluasan terbesar pada Masjidil Haram, renovasi Ka’bah, serta peningkatan area tawaf dan sa’i.”