Penyakit hati yang ketiga dari kata TENGIL adalah hurup N yaitu Norak (nora itu biasanya berlebihan) maka nama penyakit hatinya riya, definisi riya menurut Imam Al Ghazali adalah
الرِّيَاءُ هُوَ طَلَبُ مَنْزِلَةٍ فِي قُلُوبِ النَّاسِ بِإِظْهَارِ خِصَالِ الخَيْرِ.
“Mencari kedudukan di hati manusia dengan memperlihatkan sifat-sifat kebaikan.”
Imam Al-Ghazali menjelaskan lebih lanjut bahwa riya adalah ketika seseorang melakukan suatu amal ibadah atau kebaikan dengan tujuan agar dilihat dan dipuji oleh manusia, bukan karena mengharapkan ridha Allah.
Hal ini sangat berbahaya karena merusak keikhlasan yang menjadi syarat utama diterimanya amal ibadah, dalil riya sangat banyak dalam Al Qur’an dan hadis salah satunya sebagai berikut:
الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ * وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
“(yaitu) orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang yang berguna.” (Al-Ma’un: 6-7)
Sedangkan sabda nabi Muhammad Saw
مَنْ سَمَّعَ سَمَّعَ اللَّهُ بِهِ، وَمَنْ يُرَائِي يُرَائِي اللَّهُ بِهِ
“Barang siapa beramal dengan tujuan agar didengar orang lain (sum’ah), maka Allah akan memperdengarkan (mengungkapkan riya-nya pada hari kiamat), dan barang siapa beramal agar dilihat oleh orang lain (riya), maka Allah akan menampakkan perbuatannya pada hari kiamat.”
(HR. Bukhari dan Muslim)
Syarat diterima amal ibadah adalah dengan hati yang ikhlas, tidak ada sum’ah dan riya oleh karenanya harus menata hati supaya amal ibadah diterima oleh Allah Swt.
Ada 3 waktu ketika akan beramal untuk senantiasa menjaga hati kita yaitu “sebelum” beramal, “ketika” beramal dan “setelah” beramal. Contohnya akan melaksanakan ibadah haji, maka sebelum berangkat hati harus ditata supaya tidak ada riya, luruskan niat supaya ikhlas bahwa haji kewajiban bukan untuk gaya-gayaan.
Ketika melaksanakan hajian, tetap jaga hati jangan sampai ada perkataan, update status atau ada postingan yang dapat menghilangkan pahala amal ibadah. Misalkan updaye status “Alhamdulillah baru 2 minggu di tanah suci sudah khatam Al-Qur’an” nanti ada yang komen “gak nanya”.
Ketika melaksanakan aktivitas ibadah di era medsos ini tidak terlepas dari selfi, maka jaga hati kita, ketika foto bersama niatkan syiar haromain supaya orang mau ke Makah dan ke Madinah. Jangan sampai semua rangkaian ibadah haji semua berselfi ria hingga ada hati ingin dilihat orang lain.
Contoh lain ketika mendapat anugrah mencium hajar aswad, sudah buat pribadi aja jangan sampai disemua waktu dan kesempatan dicerita-ceritakan sampai jamaah “euneuk” mendengarnya, ketika datang ke riungan ada yang “nyeleutuk” pasti bakal ngomongin nyium hajar aswad.
Terakhir yang harus dijaga dan ditata hati kita dari sifat riya adalah pasca haji, terkadang tidak bisa menjaga lisan kita memceritakan amal ibadah dan juga terkadang menceritakan jamaah lain dengan disebutkan namanya maka itu termasuk ghibah ketika disebutkan namanya.
Intinya jaga hati kita dari sifat riya, sifat riya merupakan akhlak tercela yang ada dalam hati yang perlu dihilangkan supaya dalam beramal jadi ikhlas karena Allah Swt.