
Setiap orang beriman akan selalu berdo’a ketika akan berpergian, karena hal tersebut dicontohkan oleh Rasulullah Saw, supaya perjalanan lancar, aman, nyaman, selamat sampai kembali lagi. Di bawah ini merupakan do’a naik kendaraan yaitu sebagai berikut:
اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، اللَّهُ أَكْبَرُ، سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ. اللَّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ فِي سَفَرِنَا هَذَا الْبِرَّ وَالتَّقْوَى، وَمِنَ الْعَمَلِ مَا تَرْضَى، اللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا سَفَرَنَا هَذَا، وَاطْوِ عَنَّا بُعْدَهُ، اللَّهُمَّ أَنْتَ الصَّاحِبُ فِي السَّفَرِ، وَالْخَلِيفَةُ فِي الأَهْلِ، اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ وَعْثَاءِ السَّفَرِ، وَكَآبَةِ الْمَنْظَرِ، وَسُوءِ الْمُنْقَلَبِ فِي الْمَالِ وَالأَهْلِ
Artinya: “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Allah Maha Besar. Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami. Ya Allah, sesungguhnya kami memohon kepada-Mu dalam perjalanan kami ini kebajikan dan ketakwaan, serta amal yang Engkau ridai. Ya Allah, mudahkanlah perjalanan kami ini dan dekatkanlah jaraknya bagi kami. Ya Allah, Engkau-lah teman dalam perjalanan dan pelindung bagi keluarga. Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kesulitan dalam perjalanan, pemandangan yang menyedihkan, dan buruknya tempat kembali dalam harta dan keluarga.”
Dalam doa di atas diawali dengan kalimah takbir sebanyak tiga kali hal ini memiliki makna mendalam yang dijelaskan dalam beberapa kitab kuning, seperti Fathul Bari, Ihya’ Ulumiddin, dan Bidayatul Hidayah. Berikut ini adalah beberapa penjelasan mengenai penggunaan takbir tiga kali dalam doa tersebut:
- Pernyataan Keagungan Allah
Takbir tiga kali (“Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar”) merupakan bentuk pengagungan kepada Allah. Dalam Fathul Bari karya Ibnu Hajar al-Asqalani, dijelaskan bahwa mengucapkan takbir pada awal doa perjalanan adalah pengakuan bahwa hanya Allah-lah yang Maha Besar dan Maha Kuasa, sementara manusia sangat lemah dan tidak memiliki kekuatan tanpa izin Allah.
- Pengingat Akan Ketidakberdayaan Hamba
Menurut Ihya’ Ulumiddin karya Imam al-Ghazali, membaca takbir berturut-turut memberikan kesadaran bagi seorang hamba akan ketidakberdayaan dirinya di hadapan Allah. Hal ini penting ketika hendak memulai perjalanan yang penuh risiko dan kemungkinan. Takbir berulang kali ini memperkuat sikap hati dalam menyerahkan urusan kepada Allah, serta menyadarkan manusia bahwa kesuksesan perjalanan bergantung sepenuhnya pada kehendak-Nya.
- Simbol Ketawadhuan dan Taqarrub (Pendekatan Diri kepada Allah)
Dalam Bidayatul Hidayah karya Imam al-Ghazali, disebutkan bahwa takbir yang diucapkan tiga kali menjadi bentuk penghambaan yang penuh ketawadhuan (kerendahan hati) dan sebagai cara mendekatkan diri kepada Allah (taqarrub). Takbir ini sekaligus mengingatkan bahwa hamba berada dalam perjalanan yang hanya bisa terlaksana dengan kehendak dan pertolongan Allah.
- Pengingat Adab Saat Memulai Sesuatu
Sebagaimana dijelaskan dalam Al-Adzkar oleh Imam Nawawi, takbir di awal doa ini menunjukkan adab saat memulai perjalanan atau aktivitas penting. Dalam Islam, mengawali sesuatu dengan menyebut keagungan Allah melalui takbir, tahmid (pujian), atau tahlil (penyucian) dianjurkan untuk menghindari sifat sombong dan terlalu percaya diri tanpa melibatkan Allah dalam niat dan usaha kita.
- Bentuk Syukur atas Nikmat Perjalanan
Dalam Tafsir al-Munir disebutkan bahwa takbir yang diulang tiga kali menjadi bentuk syukur kepada Allah karena telah memberikan kendaraan dan kemampuan untuk menggunakannya dalam perjalanan. Hal ini menekankan bahwa kita bergantung sepenuhnya pada Allah, yang memberikan nikmat kendali atas sarana perjalanan, yang di masa lalu merupakan sesuatu yang sangat tidak mudah.
Diawali takbir 3x diawal do’a kita diajarkan untuk memulai perjalanan dengan mengingat kebesaran Allah, menyadari keterbatasan diri, serta menyandarkan diri sepenuhnya kepada-Nya agar diberikan keselamatan, perlindungan, dan kelancaran dalam perjalanan yang akan kita tempuh.
Setelah takbir 3x dalam do’a naik kendaraan diawali dengan tasbih yaitu sebagai berikut:
سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ لَنَا هَذَا وَمَا كُنَّا لَهُ مُقْرِنِينَ، وَإِنَّا إِلَى رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ
Artinya: Maha Suci Allah yang telah menundukkan semua ini bagi kami padahal kami sebelumnya tidak mampu menguasainya, dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami.
Para ulama menjelaskan do’a naik kendaraan, seperti dalam kitab Fathul Bari karya Imam Ibnu Hajar al-Asqalani, disebutkan bahwa doa ini merupakan bagian dari adab dalam memulai perjalanan, terutama dengan menggunakan kendaraan. Doa ini juga mengingatkan manusia untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat dan kemudahan dalam perjalanan.
Selain itu, dalam Ihya’ Ulumuddin karya Imam al-Ghazali, disebutkan bahwa doa ini tidak hanya untuk kendaraan darat, tetapi juga berlaku saat menaiki kapal atau kendaraan lainnya. Dalam konteks yang lebih luas, doa ini mengajarkan pentingnya tawakal kepada Allah
Doa ini mengandung beberapa hikmah:
- Kesadaran akan Kekuasaan Allah: Dengan membaca “سُبْحَانَ الَّذِي سَخَّرَ” (Maha Suci Allah yang menundukkan ini), kita diingatkan bahwa kemampuan untuk mengendalikan kendaraan adalah karunia Allah.
- Rasa Syukur dan Tawakal:
Doa ini mengajarkan kita untuk bersyukur atas kemudahan dan perlindungan yang diberikan oleh Allah selama perjalanan.
- Persiapan untuk Kembali Kepada Allah:
Kalimat terakhir dari doa ini, “وَإِنَّا إِلَىٰ رَبِّنَا لَمُنْقَلِبُونَ” (dan sesungguhnya kami akan kembali kepada Tuhan kami), mengingatkan kita akan perjalanan hidup menuju Allah.
Menurut Tafsir al-Jalalain, doa ini juga merupakan wujud kerendahan hati seorang hamba di hadapan Allah, yang telah memberi kemampuan atas segala yang kita pergunakan dalam kehidupan, termasuk kendaraan yang kita tumpangi.